close

Cerita Warga

Cerita WargaLayanan Publiktabligh akbar

Nenek Suryati Tinggal di Rumah Tak Layak Huni, Berharap Bantuan Tanpa Beban Tambahan

suryati

Warta Desa, Pekalongan – Di tengah kehidupan yang serba kekurangan, Nenek Suryati, seorang warga Desa Windurojo, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, tinggal di rumah kuno yang sudah tidak layak huni. Lantai rumahnya masih berupa tanah, pagar rumah ambruk, dan kondisi bangunan secara keseluruhan jauh dari kata layak.

Dalam keterangannya kepada awak media, Nenek Suryati mengeluhkan kondisi rumah dan perekonomiannya yang sulit. Ia juga mengungkapkan harapannya agar ada bantuan dari pihak-pihak yang peduli tanpa mengharuskannya menambah biaya sendiri, seperti program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

“Kalau ada bantuan, tolong jangan setengah-setengah. Program RTLH dari desa itu, kami diminta menambahi untuk membangun rumah. Terus terang kami tidak mampu. Hidup kami saja sudah pas-pasan,” ujar Nenek Suryati dengan nada lirih.

Keseharian Nenek Suryati dihabiskan dengan membuat reyeng (wadah ikan pindang) dari bambu, yang menjadi salah satu sumber penghasilannya. Namun, penghasilan dari pekerjaan tersebut sangat kecil dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, suami Nenek Suryati bekerja sebagai buruh harian di sawah milik tetangga. Pendapatan yang dihasilkan suaminya juga tidak menentu, sehingga mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar.

“Saya berharap ada yang peduli dengan kondisi kami. Kalau bisa, bantuannya benar-benar tuntas agar kami bisa tinggal di rumah yang layak. Kami tidak ingin terus-terusan hidup seperti ini,” tambahnya.

Kondisi Nenek Suryati mencerminkan realitas banyak warga kurang mampu di pelosok desa yang membutuhkan perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta. Dengan adanya program-program sosial yang tepat sasaran, diharapkan masyarakat seperti Nenek Suryati dapat hidup lebih layak.

Hingga saat ini, belum ada konfirmasi dari pihak pemerintah desa terkait keluhan Nenek Suryati soal program RTLH. Warga sekitar berharap ada langkah nyata untuk membantu keluarga ini keluar dari keterpurukan. (Tim Liputan)

Terkait
Pantai Depok, Nasibmu Kini

Meski sudah ada pemecah ombak, abrasi terus menggerus Pantai Depok Pekalongan (12/10)

Rutin, Polsek Sragi beri pengamanan di sekolah

Polsek Sragi membantu mengatur lalu lintas di depan SMA Negeri 1 Sragi, Jum'at (14/10). Foto : Read more

[Video] Pantai Siwalan Nasibmu Kini

https://youtu.be/-ifv0wgTxAM Pesisir pantai siwalan hingga wonokerto Kab. Pekalongan terus terkikis, Pemukiman warga terus terancam hilang. Sebagian rumah warga  sudah tidak Read more

SDN Tangkilkulon raih juara 1 lomba MAPSI

Kedungwuni, Wartadesa. - SD Negeri Tangkilkulon, Kecamatan Kedungwuni - Pekalongan meraih juara pertama dalam lomba  Mata Pelajaran Agama Islam dan Read more

selengkapnya
Cerita WargaEkonomi

Penjual Durian di Karanganyar Pododadi, Dukuh Sicowet, Banyak Diminati Warga dan Wisatawan

duren

Warta Desa, Pododadi, Karanganyar – Penjual durian di wilayah Dukuh Sicowet, Desa Pododadi, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, tengah menikmati lonjakan minat dari pembeli. Durian dari daerah ini dikenal memiliki rasa yang khas, daging yang tebal, dan aroma yang menggoda, sehingga menjadi favorit bagi warga setempat maupun pengunjung dari luar daerah.

Salah satu pedagang durian di Dukuh Sicowet, Pak Nasirin/tombo, mengungkapkan bahwa musim durian kali ini membawa berkah tersendiri. “Durian dari Sicowet memang terkenal manis dan legit. Banyak pembeli yang datang dari daerah sekitar, bahkan ada yang dari luar kota,” ujarnya.

Lokasi Dukuh Sicowet yang berada di dataran tinggi memberikan keunggulan tersendiri bagi durian yang dihasilkan. Tanah yang subur dan iklim yang sejuk diyakini membuat kualitas durian menjadi lebih unggul dibandingkan daerah lain.

Harga durian yang dijual cukup bervariasi, mulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000 per buah, tergantung ukuran dan jenisnya. Selain dijual utuh, beberapa pedagang juga menawarkan durian kupas yang siap santap. Hal ini memudahkan pembeli yang ingin menikmati durian langsung di tempat.

Salah satu pembeli, Bu Siti, mengaku sengaja datang ke Sicowet untuk membeli durian. “Rasanya beda dari durian lainnya, manisnya pas dan dagingnya tebal. Saya selalu beli di sini kalau musim durian,” katanya.

Selain menjadi daya tarik ekonomi, penjualan durian di Dukuh Sicowet juga membantu meningkatkan kunjungan wisata ke daerah tersebut. Banyak wisatawan yang datang untuk menikmati durian sambil menikmati pemandangan alam yang asri.

Pak Nasirin/tombo berharap pemerintah daerah dapat mendukung para petani dan pedagang durian dengan menyediakan fasilitas seperti jalan yang lebih baik dan area pemasaran khusus agar potensi durian Sicowet semakin dikenal luas. “Kalau akses jalan lebih bagus, saya yakin pembeli akan semakin banyak,” pungkasnya.

Dengan kualitas durian yang unggul dan semakin banyaknya pembeli, Dukuh Sicowet berpotensi menjadi salah satu pusat durian unggulan di Kabupaten Pekalongan.
Dan juga bisa di order melayani lewat no whatsapp 085881719890 siap antar. (Gos.santo)

Terkait
Pantai Depok, Nasibmu Kini

Meski sudah ada pemecah ombak, abrasi terus menggerus Pantai Depok Pekalongan (12/10)

Rutin, Polsek Sragi beri pengamanan di sekolah

Polsek Sragi membantu mengatur lalu lintas di depan SMA Negeri 1 Sragi, Jum'at (14/10). Foto : Read more

[Video] Pantai Siwalan Nasibmu Kini

https://youtu.be/-ifv0wgTxAM Pesisir pantai siwalan hingga wonokerto Kab. Pekalongan terus terkikis, Pemukiman warga terus terancam hilang. Sebagian rumah warga  sudah tidak Read more

Warga terdampak tol mulai pindah

Warga terdampak tol di desa Bulakpelem, Sragi ini mulai membongkar rumahnya secara swadaya. (15/10) Foto : Read more

selengkapnya
Cerita Warga

Kisah Viral Mak Sombret, Nekat Naik Ojek Pekalongan-Solo Untuk Ikut Iringi Jemaah Haji

sombret

Warta Desa, Karanganyar. – Kisah inspiratif datang dari seorang nenek bernama Rati, yang lebih dikenal dengan sebutan Mak Sombret. Berita tentang keberanian Mak Sombret viral di media sosial, khususnya di kalangan masyarakat Pekalongan. Nenek berusia sekitar 54 tahun ini nekat menyewa ojek dari Pekalongan ke Solo untuk mengiringi jemaah haji yang hendak berangkat.

Saat dikonfirmasi, Mak Sombret mengakui kebenaran kisah tersebut. Ia mengaku tidak kebagian kursi di bus yang akan mengantar rombongan jemaah haji dari desanya. Namun, karena keinginannya yang kuat untuk mengantar jemaah, ia berinisiatif mencari tukang ojek di sekitar wilayah Kecamatan Kajen. Dengan membawa bekal uang sekitar 1 juta rupiah, ia menyewa ojek dengan ongkos pulang-pergi sebesar 600 ribu rupiah.

Mak Sombret berangkat beriringan dengan bus rombongan dari Pekalongan, namun terpisah di perjalanan karena bus memasuki jalur tol, sementara ojek yang dinaikinya harus melalui jalan raya biasa. Sesampainya di Solo, ia tidak bertemu dengan rombongan asal Desa Kulu, melainkan dengan rombongan Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen. Di sana, ia diberikan uang saku sebesar 100 ribu rupiah oleh kepala desa Tanjungsari.

Kisah ini pun mengundang perhatian dan simpati banyak orang. Namun, saat tim kami meliput ke kediaman Mak Sombret, terdapat fakta mengejutkan. Ternyata, Mak Sombret tinggal seorang diri, alias sebatang kara. Suaminya telah lama meninggal, begitu juga dengan anak-anaknya. Rumahnya yang terletak di Dusun Balong, Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan ini terbuat dari kayu dengan fasilitas seadanya dan berdiri di atas tanah milik desa.

Meskipun demikian, Mak Sombret tetap tegar dan memiliki semangat yang kuat. Ia bercerita kepada kami bahwa ia sudah memiliki voucher untuk ibadah umroh, namun terkendala karena belum memiliki uang saku untuk perbekalan selama menjalankan ibadah umroh. Kisahnya ini tidak hanya menyentuh hati banyak orang, tetapi juga menjadi inspirasi tentang semangat dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai keterbatasan. (Rohadi)

Terkait
Pantai Depok, Nasibmu Kini

Meski sudah ada pemecah ombak, abrasi terus menggerus Pantai Depok Pekalongan (12/10)

Rutin, Polsek Sragi beri pengamanan di sekolah

Polsek Sragi membantu mengatur lalu lintas di depan SMA Negeri 1 Sragi, Jum'at (14/10). Foto : Read more

[Video] Pantai Siwalan Nasibmu Kini

https://youtu.be/-ifv0wgTxAM Pesisir pantai siwalan hingga wonokerto Kab. Pekalongan terus terkikis, Pemukiman warga terus terancam hilang. Sebagian rumah warga  sudah tidak Read more

SDN Tangkilkulon raih juara 1 lomba MAPSI

Kedungwuni, Wartadesa. - SD Negeri Tangkilkulon, Kecamatan Kedungwuni - Pekalongan meraih juara pertama dalam lomba  Mata Pelajaran Agama Islam dan Read more

selengkapnya
Cerita WargaDaerahEducationJalan-jalanOpini WargaPendidikanSeni BudayaSosial Budaya

Mengenal Tari Babalu, Tarian Khas Batang yang Masih Jarang Diketahui

tari

Muh. Iqbal Maulana
Iqbalmaulana0883@gmail.com
Program Pendidkkan Agama Islam
Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Batang, merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah, letaknya di sebelah barat kabupatan Kendal dan sebelah timur Kabupaten Pekalongan. Batang merupakan daerah yang mempunyai peninggalan peninggalan budaya seperti jejak sejarah Wangsa Syailendra dan juga mempunyai banyak kesenian tradisonal yang masih tetap dilestarikan, salah satunya Tari Babalu. Tari Babalu merupakan sebuah tarian khas Kabupaten Batang yang jarang diketahui oleh masyarakat luas, sebelum para penjajah masuk ke kota Batang, tari Babalu sudah ada. Tari Babalu pertama kali muncul pada awal tahun 1998, ketika para penggiat budaya lain mulai mencari informasi tentang tarian tradisonal.

Pada tahun 2000 para penggiat budaya tersebut kemudian memperkenalkan kepada masyarakat sekitar. Pada saat itu Batang sangatlah subur dan makmur, karena pada saat itu mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani. Namun ketikan penjajah memasuki kota Batang, keadaan menjadi berbalik dan banyak masyarakat yang diperbudak dan disiksa. Tari Babalu diciptakan sebagai alat strategi untuk menipu penjajah dengan cara menari. Tarian Babalu digunakan sebagai alat untuk serangan. Tari Babalu mencdritakan sebuah perjuangan masyarakat Batang yang melawan penjajah dengan cara yang baik untuk mengelabui musuhnya. Tari Babalu biasnaya ditarikan oleh sekelompok, dibawakan oleh penari wanita yang berperan sebagai prajurit, dijaga siaga dan disajikan dengan minuman. Tari Babalu mempunyai kekhasan sendiri, dengan peluit yang harus ditiup menandakan dimulainya dan berkahirnya pertunjukan.

Menurut orang terdahulu, kata Babalu aslinya berarti “aba-aba dulu”, dan tarian Babalu juga mencakup gerakan perang serta jurus-jusrusnya. Kostum penari Babalu terdiri dari kacamata hitam, kaos kaki, dan kupluk muncir. Sejarah tari Babalu menunjukan bahwa hal tersebut erat kaitannya dengan perlawanan masyarakat Batabg terhadap penjajah, namun sayangnya banyak masyarakat luas yang kurang familiar dengan tarian tersebut. Bahkan, sebagian masyarakat Batang masih belum mengenal tarian daerahnya. Oleh karena itu, tari Babalu harus dikenalkan kepada msyarakat luas, khususnya generasi muda, agar Babalu tidak ketinggalan zaman dan dapat lebih mencintai kota Batang. Berbagai tarian kecil juga diharapkan menjadi populer. Sangat disayangkan budaya unik setiap daerah hilang, sehingga Indonesia bisa mengadopsi budaya tersebut dan menunjukkan pramornya.

Terkait
Pantai Depok, Nasibmu Kini

Meski sudah ada pemecah ombak, abrasi terus menggerus Pantai Depok Pekalongan (12/10)

[caption id="attachment_1311" align="aligncenter" width="1024"] Warga sekitar Mushola Pasar Kebo - Kajen merehab Mushola, Jum'at (14/10). Foto : Eva Abdullah/wartadesa Kajen, Read more

[Video] Pantai Siwalan Nasibmu Kini

https://youtu.be/-ifv0wgTxAM Pesisir pantai siwalan hingga wonokerto Kab. Pekalongan terus terkikis, Pemukiman warga terus terancam hilang. Sebagian rumah warga  sudah tidak Read more

selengkapnya
Cerita Warga

Mbah Suto Sang Multi Talenta di Tengah Hutan

mbah suto

Oleh : Damar Senja Kelana

Kemelut
Hujan lebat mengguyur seluruh kampung. Angin berhembus cukup kencang mengibaskan daun-daun yang kuyub. Tak ada aktivitas manusia kecuali air mengalir dari genteng-genteng usang. Daaarr…….!!! Bukan petir. Tiba-tiba terdengar dari sebuah rumah di samping musala. Seperti suara pintu dibanting sekeras mungkin. Keluarlah sesosok laki-laki paruh baya dari rumah itu. Tak perduli hujan diterjang dengan raut wajah sangat marah. Suto, laki-laki itu biasa dipanggil oleh para tetangga. Kali ini sepertinya Suto sedang mengalami masalah dalam rumah tangga. Entah permasalahan apa yang membuat Suto pergi dari rumah.

Teriakan wanita juga terdengar, kelut-kemelut menyelimuti rumah yang terbuat dari kayu itu. Sang istri metenteng dan mencak-mencak di depan pintu. Kata-kata tak pantas dirudalkan ke arah Suto yang terus melaju.
Kaosnya mulai basah, sehingga jamur/tritipan kaos lusuh itu terlihat. Maklum kaos yang dipakainya telesan yang biasa dipakai berladang. Air juga mulai merembes di celananya yang compang-camping. Langkah Suto bertambah cepat, namun tak tahu arah dan tujuan.

Kemarahan kepada istrinya kali ini benar-benar memuncak, ia tak tahu harus bagaimana lagi mengatasinya. Selama ini dia sudah berusaha sabar menghadapi wanita yang sudah sepuluh tahun mendampingi. Dalam berumah tangga, sering sekali Suto dan istrinya cek-cok, bahkan untuk urusan yang sangat sepele.

Di ujung kampung terdapat pertigaan jalan. Arah kiri menuju hutan dan arah kanan menuju kampung sebelah. Langkahnya terhenti, pikirannya bingung harus berbelok kemana. Jika berbelok ke kanan, pasti akan ditertawakan oleh orang kampung sebelah. Karena dengan kondisi basah kuyub seperti ini. Namun, jika berbelok ke kiri akan sampai di hutan.

Hujan sedikit reda, namun hari semakin gelap ditambah kabut mulai turun. Dengan amarah yang masih membara, duduklah Suto di sebuah batu di bawah pohon asem. Tangannya memegang kepala, persis seperti orang habis kehilangan uang milyaran Rupiah. Dan berteriak.
“Aaaaahhh….”
Suto berteriak sekeras-kerasnya, meluapkan segala emosi di dadanya. Tangannya mengepal keras, namun tak ada sasaran untuk ditinju. Diulangnya teriakan berkali-kali, hingga perasaannya sedikit lega. Setelah puas berteriak, nafas terengah-engah, lalu berlahan mengaturnya. Menghirup nafas panjang dikeluarkan berlahan sehingga emosinya mulai
teredam.

Tetesan air membasahi pipi, sedangkan hujan sebenarnya sudah terhenti. Bukan air hujan, melainkan air mata. Dalam kegundahan hati, seorang laki-laki begundal pun takkan mampu membendungnya. Seperti halnya Suto yang lebih dikenal sebagai seorang berandalan di kampungnya.

Di pertigaan jalan dengan otak yang masih mendidih, tentunya pilihan sulit untuk menentukan pilihan belok kanan atau kiri. Batu yang ia duduki pun mestinya tak akan dapat memberinya petunjuk. Untung emosinya sudah mulai menurun, hingga Suto sedikit bisa berfikir jernih. Gelap mulai datang, meski dengan perasaan tak yakin, akhirnya Suto memilih untuk belok ke kiri menuju hutan.

Terkait
Warga Genting Gunung Prau tolak pemanfaatan mata air yang tidak kantongi PKS

Kendal, WartaDesa. - Warga Desa Genting Gunung, di lereng Gunung Prau, Sukorejo, Kendal menolak pemanfaatan mata air di wilayah Gunung Read more

Tiga remaja pendaki Gunung Prau dievakuasi, satu dalam kondisi lemas

BATANG, WARTADESA. - Tim relawan Bagana (Banser Tanggap Bencana) berhasil mengevakuasi tiga remaja asal Kecamtan Tersono, Batang yang berniat mendaki Read more

Masif Perusakan Hutan Gunung Prau, Warga Tulis Surat Terbuka

  • Kondisi Hutan Lindung Gunung Prau Kendal akibat alih fungsi tanaman semusim. Foto: An Rondi, Aktivis Lingkungan setempat
MASIFNYA perusakan hutan lindung Gunung Prau  oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab. Membuat An Rondi, salah seorang warga yang Read more

Keterusan Tinggal Di Hutan Lindung Gunung Prau, Mbah Suro Minta Waktu Pindah

SELASA kemarin (28/12/2021) petugas dari Perhutani RPH Kenjuran BKPH Candiroto KPH Kedu Utara diampingi oleh Kepala Desa Blumah, Kecamatan Plantungan, Read more

selengkapnya