Oleh : Imam Nurhuda
SELAMA enam bulan berkegiatan di Bandengan dan Jeruksari baru dua kali berkunjung dan melihat lokasi tambak yang berada disisi Utara Tanggul Raksasa berbatasan langsung dengan laut.
Waktu itu hampir jam lima sore saya sudah ditunggu teman-teman lapangan mas Awik, Wid dan Giono di basecamp KT Minosari yang lokasinya di sebelah selatan rumah pompa Pabean.
Mereka sudah menunggu disisi sungai meduri dan bremi dimana perahu bersandar. Sore itu kami bersepakat untuk melanjutkan input data lahan tambak di Bandengan. Kami berempat harus menggunakan perahu untuk sampai dilokasi tambak.
Jam lima sore tepat perahu kami berangkat menuju lokasi tambak disisi Utara tanggul, tak lupa kami membawa perbekalan ala kadarnya. Perahu berjalan tidak terlalu cepat, sebelum berbelok ke arah timur harus melewati sentoran air dari dua pipa besar. Air keluar mengeluarkan buih dan perahu bergoyang kearah barat karena dorongan air.
Setelah melewati rumah pompa, 200 meter perahu keluar dari jalur sungai menuju areal pertambakan ke arah timur. Kebetulan sore itu kondisi air sungai cukup tinggi sehingga ketika berbelok ke timur melewati bekas jalan yang kini tenggelam tidak kandas.
Memasuki areal tambak sisi Utara tanggul kami disuguhi pemandangan hamparan air dan jaring tambak yang terlihat seperti benteng kecil berwarna gelap yang berjajar.
Ditepi tanggul raksasa yang kondisinya kian kritis ada beberapa pemancing yang khusuk menunggu tarikan ikan dari joran yang menjulur ke tambak yang kini sudah menjadi rawa.
Ada juga pemancing lain yang memanfaatkan bangunan jembatan yang sudah roboh dan rusak tapi masih bisa untuk menjadi pijakan. Ada dari salah satu mereka adalah perempuan terlihat santai memegang joran, menikmati senja menjelang malam.
Perahu kami terus bergerak, berlahan ke Utara laju perahu sedikit berhati-hati menghindari tonggak atau landasan tanah yang dangkal, agar lambung kapal tidak kandas dan menabrak sesuatu.
Hari mulai gelap, bangau coklat besar bertengger dibatang kayu mangrove yang roboh diam terpaku, kepalanya mengarah seolah menatap kami. Perahu terus melaju. Sesampai di dekat areal tambak milik pak Aspari*, terlihat bangau putih terbang menghindar, sepertinya terganggu akan kedatangan kami.
Kawasan tambak memang menjadi habitat bangau, kuntul dan berbagai burung pesisir. Di wilayah seperti itu bahan makanan burung pesisir sangatlah berlimpah, mereka juga aman jauh dari keramaian dan tangan jahil manusia. (*.*)
Bersambung
Penulis adalah aktivis lingkungan, tinggal di Kota Pekalongan.