Batang, Wartadesa. – Kapal cantrang dengan 14 anak buah kapal (ABK) warga Batang yang mengalami kecelakaan ditabrak kapal besar yang tidak diketahui keberadaannya di Perairan Lemah Abang 13 mil dari bibir pantai Pailus, pekan lalu. Dari 14 ABK tersebut, dua orang ditemukan oleh nelayan Jepara.
Keduanya dalam kondisi selamat dan saat ini sudah berada di RSUD RA Kartini Jepara untuk mendapatkan perawatan intensif. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Batang, Teguh Tarmujo, Rabu (13/1).
Teguh mengungkapkan bahwa kapal nelayan Batang berangkat pada Sabtu (9/1) sore pukul 17.00 WIB. Sekitar pukul 00.00 WIB kapal hendak ke darat namun belum sampai di darat, kapal ditabrak oleh kapal besar. Adapun identitas korban yang selamat yakni Sairi (59) kapten kapal, Kadarso (35) dengan alamat RT 1 RW 3 desa Klidang Lor Kecamatan Batang.
Dilansir dari Suara Muria, dua nelayan tersebut ditemukan mengapung di atas styrofoam di Perairan Lemah Abang, sekitar 13 mil dari Pantai Pailus, Mlonggo, Jepara, Rabu (13/1/2021). Keduanya ditemukan dalam kondisi tak berdaya setelah enam hari terombang ambing di lautan usai mengalami kapal pecah.
Tumali (40), nelayan asal Pailus Jepara menemukan dua orang nelayan ini saat akan menebar jaring. Mengetahui ada dua orang yang hanyut, akhirnya Tumali langsung memberikan pertolongan dan membawannya ke Pailus untuk perawatan lebih lanjut.
Salah seorang nelayan yang selamat, Sairi mengatakan bahwa dirinya berusaha bertahan hidup di tengah lautan. “Setelah hampir enam hari berusaha bertahan di tengah laut, akhirnya baru hari ini ada nelayan yang melihat kami berdua. Akhirnya kami diselamatkan dan sampai di rumah sakit. Kami juga belum tahu nasib 12 orang teman kami yang lain,” ujarnya.
Meskipun selamat, kondisi kesehatan mereka masih terus dipantau di RSUD Kartini Jepara. Sairi masih kesulitan berbicara, karena mengalami gejala hipotermia karena kedinginan.
Sedangkan Kadarso yang lebih muda, terlihat lebih baik kondisinya, meski tetap saja kepayahan. Enam hari berada di tengah lautan, tentu saja membuat mereka menghadapi cobaan hidup sangat berat. (Bono, dihimpun dari berbagai sumber)