Warta Desa, Pekalongan — Isu terkait biaya study tour sekolah di wilayah Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, kembali menyedot perhatian publik. Polemik ini mencuat setelah seorang pengguna Facebook bernama Endang Lestari Amoorea, yang disebut-sebut merupakan istri salah satu Sekretaris Desa (Sekdes) setempat, mengomentari unggahan pemberitaan tentang kegiatan study tour tersebut.
Dalam komentarnya, akun tersebut menyatakan tidak keberatan dengan besaran biaya yang dikenakan kepada wali murid.
Ia menulis:
“Saya sebagai salah satu wali murid tidak merasa keberatan untuk diadakannya study tour ini. Rp560 ribu itu untuk dua jok atau dua orang, ibu dan anak. Dan untuk yang tidak ikut dibebani Rp200 ribu itu memang sudah kesepakatan dari awal pertemuan akan diadakannya tour. Dan tidak ada wali murid yang bernama Yoga. Terima kasih.”
Pernyataan itu sontak menuai beragam tanggapan dari pengguna Facebook lainnya. Sebagian mendukung, namun banyak pula yang menilai pernyataan tersebut kurang peka terhadap kondisi ekonomi sebagian wali murid yang merasa keberatan.
Seorang warganet menuliskan komentar pembanding:
“Di sekolah anakku juga kalau anak tidak ikut study tour dikenai biaya separo.”
Sementara komentar lain bernada sindiran menyebut:
“Oalah bojone carike yo penak nek komen ngono, wong loro duwet ora soro. Pra perlu sirah go sikil, sikil go sirah,”
yang menyinggung kemudahan seseorang berkomentar tanpa memahami beban ekonomi orang tua siswa lain.
Akun lain bernama Sudiro Sudiron juga ikut menimpali dengan kalimat tegas:
“Durung tahu artine wong susah. Penak nemen asal njeplak ngomong. Bagi wong susah, Rp200 ribu itu lebih berharga buat makan keluarga.”
Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah yang menjadi sorotan belum memberikan klarifikasi resmi mengenai kebijakan pembiayaan kegiatan study tour tersebut.
Perdebatan di media sosial ini menunjukkan bahwa masih ada perbedaan pandangan di kalangan wali murid terkait pelaksanaan kegiatan luar sekolah yang memerlukan iuran tambahan. Sebagian menganggapnya wajar sebagai bagian dari kegiatan edukatif, sementara lainnya menilai perlu adanya pertimbangan kemampuan ekonomi orang tua siswa agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. (Rohadi)










