Kedungwuni, Wartadesa. – Gelaran rangkaian peringatan Legenonan, tradisi warga turun-temurun di Pekalongan yang masih lestari, di Desa Tangkilkulon, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, berlangsung meriah.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Legenonan (wilayah lain menyebut Sekatenan) di desa tersebut digelar dengan melaksanakan khitanan massal. Khitan yang diikuti oleh warga desa setempat dan desa lainnya di Kabupaten Pekalongan tersebut digelar untuk ketujuh kalinya.
Dokter Rendi, dari Puskesmas II Kedungwuni, sebelum 11 peserta khitanan massal Desa Tangkilkulon dikhitan, berpesan bahwa khitan itu dimana saja sama. “Adik-adik dikhitan sendiri, maupun dikhitan bareng-bareng disini, itu sama saja. Adik-adik kalau di khitan di tempat saya, itu harus bayar Rp. 800 ribu, sekarang sudah dibiayai oleh panitia.” Ujar dokter yang sudah tujuh kali menjadi dokter khitan di acara tersebut.
“Yang membedakan, itu do’anya. Nanti sebelum dikhitan, kita berdo’a bersama. Biar nanti dikhitan tidak sakit dan cepat sembuh. Karena dikhitan itu memang tidak sakit … jadi adik-adik jangan takut ya …” lanjut Rendy.
Peristiwa menghebohkan terjadi, saat khitan berlangsung. Peserta khitan kedua menangis dan tak mau mengikuti khitanan setelah disuntik obat bius.
Akibatnya, peserta berikutnya dimajukan untuk dikhitan setelah dibius. Saat peserta kesebelas menjalani bius. Dia meronta-ronta tidak mau mengikuti khitan, karena melihat rekannya yang menangis.
Peserta dari Desa Kebonagung Kecamatan Kajen tersebut, terpaksa dipegangi oleh orang tuanya untuk proses pembiusan.
Kehebohan tersebut dapat diredam oleh dokter Rendy, “Coba tanya masnya yang sudah dikhitan … tidak sakit kan mas?” Ujarnya. Dijawab tidak sakit oleh anak tersebut sambil tersenyum.
Meski demikian, hingga proses khitanan berakhir, orang tua dan panitia musti ekstra berjaga agar seluruh peserta khitan, bersedia dikhitan.
Sebelumnya, seluruh peserta khitan diarak keliling kampung dengan diiringi grup rampak dari Gembong Kedungwuni dan grub drumband SD Negeri Tangkilkulon. Warga desa turut larut dalam kegiatan tersebut.
Usai acara khitanan, sore harinya dilakukan do’a bersama di balaidesa dan malamnya dilakukan pagelaran wayang golek dengan dalang Ki Wahyudin dari Batang. (WD)










