Warta Desa, PEKALONGAN – Dalam sebuah langkah revolusioner yang menggabungkan infrastruktur dan ketahanan pangan, warga Dukuh Klepu, Desa Dadirejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, meresmikan program terbaru mereka: “Jalan Raya Pertanian Terpadu”.
Program ini ditandai dengan penanaman strategis pohon pisang tepat di tengah ruas jalan utama dukuh tersebut pada sekira Kamis malam Jum’at kemarin. Langkah ini diambil setelah warga menyadari potensi luar biasa dari jalan mereka yang kondisinya lebih mirip sawah siap garap daripada jalur transportasi.
Seorang tokoh masyarakat setempat sekaligus pakar dadakan dalam bidang “agro-aspal”, Pak Abidin, memberikan keterangan di lokasi kejadian. Menurut Pak Abidin, kondisi tanah yang gembur dan berlubang di jalan tersebut sudah teruji oleh waktu, menjadikannya lahan yang ideal untuk bercocok tanam.
“Ini jalan rusak seperti ini sudah lama, Pak? Oh, sudah lama sekali. Ini namanya proses pematangan lahan,” ujar Pak Abidin dengan nada serius yang nyaris meyakinkan.
Ia menjelaskan bahwa penanaman pisang ini adalah solusi cerdas untuk masalah ekonomi warga. Alih-alih menggunakan uang mereka untuk hal-hal sepele seperti bensin atau menabung, warga kini bisa mengalokasikan dana tersebut untuk hobi baru yang dipaksakan: memperbaiki kendaraan.
“Udah uang-uang motornya, udah uang-uang motornya… Habis buat dandan (memperbaiki) motor terus,” keluh Pak Abidin, secara tersirat memuji betapa efektifnya lubang jalan tersebut dalam merusak shockbreaker dan velg kendaraan, sehingga menciptakan lapangan kerja bagi bengkel setempat.
Ketika ditanya mengenai tanggapan pemerintah desa terkait alih fungsi jalan menjadi kebun ini, Pak Abidin memberikan gambaran birokrasi yang sangat jelas dan tidak berbelit-belit sama sekali.
“Tanggapan Kepala Desa seperti apa? Kepala Desa ini, menurut saya, menurut KW Kabupaten. Ini? Ini,” jelas Abidin, dengan sempurna menggambarkan siklus saling tunjuk tanggung jawab antara pemerintah desa dan kabupaten yang begitu harmonis.
Protes—maaf, “inovasi penanaman”—ini diharapkan Pak Abidin tidak hanya berhenti di Dukuh Klepu saja. Ia memiliki visi agraris yang jauh lebih besar.
“Harapan saya bukan cuma di sini, tapi di seluruh Republiknya, Pak,” tegasnya. Tentu saja, harapan ini bisa diartikan ganda: apakah ia berharap seluruh jalan di republik ini diperbaiki, atau ia berharap seluruh jalan rusak di republik ini ditanami pisang agar Indonesia menjadi eksportir pisang terbesar di dunia.
Untuk saat ini, warga Dukuh Klepu sedang menunggu dengan antusias mana yang akan panen lebih dulu: pisang yang baru ditanam, atau janji perbaikan jalan dari pemerintah yang tak kunjung matang.
Diberitakan sebelumnya, fenomena alam paling langka terjadi di Desa Dadirejo Tirto, Pekalongan! Warga setempat, dengan semangat juang yang membara dan sendal jepit anti-lumpur, mendadak beralih profesi menjadi petani pisang. Bukan di ladang, melainkan… di tengah jalan raya mereka sendiri!










