Petungkriyono, Wartadesa. – Bagi penikmat kopi, kopi hutan atau kopi liar akan terasa lebih nikmat ketimbang jenis kopi yang dibudidayakan dari hasil perkebunan. Pecinta kopi dapat menikmati kopi hutan yang ada di hutan Sokokembang, Petungkriyono. Berada di ketinggaian 1.400 mdpl, kopi jenis ini menjadi luar biasa nikmatnya.
Adalah Tasuri, pria jebolan kelas 4 SD, aktivis alam yang juga satu-satunya pengelola kopi hutan liar di Petungkriyono yang memproduksi Kopi Owa. Sejak 2007 lalu, dia mengelola kopi hutan liar yang menjadi makanan alami kawanan luwak dan surili liar.

Banyaknya tanaman kopi di hutan Sonokembang Desa Kayu Puring Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan, yang tumbuh liar hingga tinggi sekali, bahkan berdiameter besar sampai seukuran satu pelukan, menarik hati Tasuri untuk mengelola kopi hutan.
Bersama istrinya, Kunapah yang mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nyi Parijotho mengolah Kopi Owa bersama kaum perempuan di Petungkriyono. Sejak 2013 rumah Tasuri berfungsi sebagai Omah Kopi dan home stay bagi para wisatawan.
Ketertarikan Tasuri untuk menekuni pengelolaak kopi hutan adalah bentuk komitmennya melindungi hutan Sokokembang dan Owa Jawa. Dengan pangsa pecinta ‘kopi specialty’, kelompoknya tetap mempertahankan kopi hutan. Meski awalnya banyak warga yang membuka hutan untuk berkebun kopi, warga tetap diarahkan untuk mempertahankan kopi hutan.

Tasuri mengajak warga untuk menggunakan kopi hutan dan tidak boleh membuka hutan lagi. Meski permintaan kopi hutan tinggi, Tasuri tetap mengontrool para petani untuk tidak membobol hutan dan membka lahan perkebunan kopi, demi menyelamatkan habitan Owa, Elang dan Macan Jawa.
Setidaknya 40 keluarga di Sokokembang telah bergabung dalam usaha pengelolaan Kopi Owa dalam KUB Nyi Parijotho. Sebagai komoditas kopi primium eksotis yang sangat langka. Produksi kopi hutan tidak bisa massal. Satu tahun hanya bisa panen sekali, yakni pada bulan Mei-Juni. Dengan produksi sekitar 25 kwintal.
Pengelola Sokokembang EcoAdventure ini sengaja membatasi kopi Owa Jawa agar menjadi magnet bagi para pelancong. Kuatitas kopi Owa Jawa jelas istimewa karena organik, hingga tidak menyebabkan perut kembung.
Secara fisik, biji kopi hutan jauh lebih kecil ketimbang kopi perkebunan, namun massa kopi hutan lebih padat dengan aroma yang lebih kuat, karena menggunakan ceri kopi merah.
Tasuri juga mengembangkan kopi luwak hutan asli, bukan luwak penangkaran seperti kebanyakan kopi luwak. Mengingat sangat langka, kopi jenis ini dubandrol dengan harga fantastis, Rp. 2,5 juta perkilogram.
Tertarik menikmati kopi hutan sambil beramal menyelamatkan Owa Jawa? Tak ada salahnya bila kita berkunjung ke Sokokembang, sembari belajar mengolah kopi hingga menjajikan dalam secangkir kopi hangat dan nikmat. Apalagi dinikmati dalam suasana gemericik air terjun dan hutan ‘Amazon Asia’ Petungkriyono.
Tinggal pilih kopi robusta, arabika, liberica, exelca, peaberry bahkan kopi luwak asli hutan Sokokembang. (Eva Abdullah. Dirangkum dari berbagai sumber)










