Talun, Wartadesa. – Kabar tentang sebuah keluarga yang tinggal disebuah kandang kebo (kerbau) ditengah hutan, di pegunungan Dusun Cokrah, Desa Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan menjadi buah bibir dan viral di linimasa (timeline) media sosial Pekalongan.
Adalah satu keluarga, Dasirin (56) bersama istrinya, Tarkonah (50) yang bekerja sebagai buruh pencari rumput, bersama kedua anaknya, Wiwit Setianingsih (16), yang mengalami kelumpuhan sehingga harus putus sekolah, sedang Vivi Ratnasari (10) mengalami keterbelakangan mental.
Kemiskinan yang menjerat membuat satu keluarga tersebut terpaksa harus tinggal dengan tiga ekor kerbau di sebuah kandang berukuran 4 x 6 meter di atas hutan bukit Mengger yang berjarak 350 meter dari permukiman penduduk. Untuk sampai ke tempat tinggal keluarga Dasirin hanya bisa dilalui dengan jalan setapak yang menanjak.
Dua anaknya yang mengalami gangguan pertumbuhan sejak kecil, tidur di panggung, berada di atas tiga kerbau yang dipeliharanya. Sementara Dasirin dan istrinya tidur persis di sebelah kerbau hanya berbatas beberapa kayu yang dipalang.
Pihak Polsek Talun sempat memberikan bantuan berupa paket sembako dan peralatan tidur. Bantuan diberikan Jum’at (31/08) lalu yang diserahkan oleh Kapolsek Talun, Iptu Edy Y bersama Muspika dan kepala desa setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Muspika Kecamatan Talun dan Kepala Desa setempat akan mengupayakan relokasi keluarga Dasirin ke tempat yang lebih layak, secepatnya.
Kepala Desa Sengare, Hasanudin, mengungkapkan bahwa pihaknya telah beberapa kali meminta Dasirin menempati rumah kosong milik warga, namun karena sifatnya tinggal sementara, dia menolak, karena sewaktu-waktu harus pindah, jika digunakan pemiliknya.
“Dasirin dan keluarganya oleh warga sudah sering kali dibujuk untuk menempati rumah yang kosong baik di rumah dinas guru yang tidak terpakai ataupun di rumah kosong dekat dengan Puskesmas Pembantu Talun. Namun dia selalu menolak,” ujar Hasanudin.
Hasanudin menambahkan saat ini Dasirin sempat pindah domisili, sehingga secara administrasi, bukan lagi warga Desa Segare. Kendati demikian pihak desa akan mengusahakan bantuan tempat tinggal yang layak untuk keluarga tersebut.
Sementara itu, Dasirin mengaku sudah menempati kandang kerbau tersebut sekitar satu tahun, sedang anak-anaknya baru beberapa bulan ikut tinggal bersamanya. “Sekitar setahun ini saya menetap disini, tapi kalau istri dan anak-anak baru tiga bulan. Mereka memilih untuk ikut menetap disini meskipun kecil,” ujarnya.
Dasirin pernah menetap di Desa Krompeng, ia tinggal bersama mertuanya hingga akhirnya menempati kandang kerbau. “Saya berani menempati lahan di bukit ini karena tanahnya milik saudara. Jadi saya izin ke dia untuk menetap disini dengan mendirikan gubuk seadanya, dan pemiliknya pun tidak keberatan,” lanjutnya. (WD)