Banten, Wartadesa. – Muchammad Khamim Setiawan, Warga Logawan Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pemuda yang menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki dari rumah ke Mekah, Arab Saudi kini tiba di Banten.
Pemuda yang biasa disapa dengan A’im ini tiba di Serang, Bantern pada Jum’at (09/03). Dia mampir menghadiri acara aqiqah putri Aan Nurhandiat, Mantan Ketua KNPI Kota Serang.
Sepulang dari ibadah haji, Khamim mengaku ingin merubah hidup, “jika ingin merubah hidup, harus dimulai dari dalam (hatinya), ibarat memecahkan telur, jika dipecahkan dari luar akan menciptakan kematian, tapi jika telur pecah dari dalam akan timbul kehidupan baru” terangnya dikutip dari Tribun Banten.
Kisah pemuda yang berjalan kaki dari Pekalongan ke Mekah ini mendorong Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi untuk menemui paska kepulangannya dari berhaji, Ahad (28/05/2017)
Asip menganggap bahwa aksi Khamim atau warga sekitar sering memanggilnya sebagai A’im sangat membanggakan. “Semangatnya yang kuat memperjuangkan apa yang sudah dicita-citakan patut jadi contoh,” kata Asip, Ahad (28/5).
Asip menambahkan bahwa A’im melaksanakan ibadah haji secara legal, “Hajinya legal. Meski jalan kaki tapi ijin termasuk paspor dan visa semuanya lengkap. Semoga dimudahkan perjalanannya dan segera sampai di rumah Allah SWT,” ujarnya.
Asip pun telah meniatkan akan menemui Khamim apabila nanti telah tiba kembali dari tanah suci. “Kalau sudah pulang akan saya temui, saya apresiasi semangatnya. Bisa jadi inspirasi bagi banyak orang,” katanya.
Seperti diketahui, A’im memulai perjalanannya dari Pekalongan pada 28 Agustus 2016 lalu. Ia melewati berbagai negara dengan berjalan kaki. Istirahat di masjid, menumpang di rumah orang yang ditemui, hingga bermalam di hutan di berbagai negara ia lakukan. Pada 19 Mei 2017, ia telah tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat arab, menjadi viral di media sosial.
Beberapa tetangga A’im baru tahu aksinya setelah berita tentang jalan kakinya untuk beribadah haji dimuat di berbagai media.
Siti Khasinah, tetangga A’im mengaku baru tahu aksi jalan kaki Pekalongan-Mekkah tersebut. “Saya malah baru tahu, … iya …. dulu sering lihat berjama’ah, tapi setelah lebaran kemarin … lama tak melihatnya berjama’ah. Ternyata dia berjalan-kaki dari Pekalongan ke Mekkah untuk menjalankan ibadah haji,” ujarnya.
Perjalanan unik A’im yang unik ini mendapat perhatian banyak warganet setelah diliput oleh Saudi Gazette, sebuah media berbahasa Inggris, terbit sejak 1978 dan bermarkas di Jeddah.
Menurut Saudi Gazette, perjalanan yang dilakukan oleh Aim merupakan perjalanan yang penuh keberanian. Perjalanan tersebut membutuhkan keberanian dan keyakinan yang teguh, mengingat sepanjang perjalanan penuh dengan bahaya, namun kaya akan spiritualisme.
Menurut Syaufani Solichin (74) yang menceritakan bagaimana tekad anakknya dalam menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah dengan berjalan kaki, “Kapan pun dia menginginkan sesuatu, dia akan berusaha dengan sepenuh hati untuk mendapatkannya sendiri, tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia adalah orang yang memiliki keyakinan kuat,” kata Syaufani Solichin ketika diwawancarai Saudi Gazette.
Untuk petualangan spiritual ini, “Aim”, begitulah teman dan keluarganya memanggilnya, membawa tas ransel, satu salinan Alquran, beberapa kemeja, dua pasang celana dan sepatu, selusin pasang kaus kaki , beberapa pakaian dalam, kantong tidur dan tenda, sebuah obor portable sebuah ponsel pintar, bendera mini Indonesia, GPS dan uang tunai sebesar Rp. 3 juta (sekitar SR850).
Mengenakan T-shirt bertuliskan “Saya dalam perjalanan ke Makkah dengan berjalan kaki dan menaruh kepercayaan penuh pada Tuhan,” di punggungnya, Setiawan memulai perjalanannya yang berani dari kampung halamannya di Kabupaten Pekalongan, di Jawa Tengah, pada pukul 10 malam. pada 28 Agustus 2016.
Awalnya, keluarganya meragukan kemampuannya untuk mencapai tujuan mimpinya karena harus menempuh jarak jauh lebih dari 9 ribu kilometer. Dia bahkan didesak untuk membatalkan rencananya, tapi mereka gagal membujuk Aim untuk membatalkan perjalanannya.
Ayah Aim, Syaufani, saat itu, dipanggil oleh kantor Kementrian Agama RI Kab. Pekalongan untuk menandatangani beberapa surat pernyataan yang menyatakan tidak keberatan atas keinginan anaknya untuk memulai petualangan spiritualnya.
Dengan berpuasa hampir sepanjang siang hari selama perjalanan, Setiawan lebih memilih untuk bepergian pada malam hari dengan bantuan lampu dan memanfaatkan siang hari untuk beristirahat di masjid, bangunan umum, rumah penduduk setempat, atau bahkan di dalam hutan di beberapa negara yang dilaluinya. .
Aim mampu menempuh jarak 50 km saat dalam keadaan prima. Namun, saat ia merasakan sakit di lututnya, ia hanya bisa berjalan 10 sampai 15 km sehari.
Setiawan jatuh sakit dua kali dalam perjalanannya, yaitu saat dia berada di Malaysia dan India. Dia tidak mengonsumsi suplemen khusus untuk mempertahankan stamina tubuhnya, tapi hanya mengkonsumsi makanan halal dan mengandalkan madu dicampur air untuk mengembangkan kekebalan tubuhnya terhadap cuaca buruk.
Tidak ada banyak kesulitan yang dia alami, Aim menuturkan bahwa dia, setidaknya tiga kali bertemu dengan ular berbisa di hutan Malaysia. “Tapi secara ajaib, sebelum ular tersebut menggigit saya, mereka terjatuh dan mati,” kata Setiawan.
“Saya tidak pernah memohon, tapi saya selalu bertemu dengan orang baik yang memberi saya makanan dan bekal lainnya Saya pernah disambut di sebuah kuil Budha di Thailand Penduduk desa di Myanmar memberi makan saya Saya belajar dan bertemu dengan cendekiawan Muslim dari berbagai negara di masjid Jamaah Tabligh Di India, dan saya berteman dengan pasangan Kristen Irlandia yang mengendarai sepeda di Yangon. ” Tambah Aim.
Saat Aim melanjutkan perjalanan di malam hari, dia menghadapi beberapa situasi yang tidak menyenangkan, seperti saat berada di India. Dia bertanya kepada beberapa orang lokal tentang rute ke Arab Saudi, tapi dia menunjukkan arah yang menyesatkannya. “Dan itu membuatku menempuh jarak jauh lagi.” Ujarnya.
Meski begitu, banyak orang bersimpati dengannya saat melintasi Malaysia, India dan Dubai. Mereka memberinya makanan halal yang bagus. Aim akan mampir ke kantor diplomat Indonesia di setiap negara yang dia masuki untuk memproses visa negara sebelum dia melanjutkan perjalanan di negara tersebut.
“Saya berhenti di sana bukan karena meminta pertolongan, tapi hanya untuk melakukan panggilan sosial,” kata Aim. (Eva Abdullah, dengan sumber lain Tribun Banten, Saudi Gazette)