Kajen, Wartadesa. – Pemerintah Kota Santri bakal menghentikan penambahan sumur dalam baru di Kabupaten Pekalongan. Sumur dalam ditengarai sebagai penyebab merosotnya muka air tanah di Pekalongan. Berdasarkan hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) Pekalongan mengalami penurunan tanah rata-rata 10-20 centimeter pertahun.
Kasubbid Infrastruktur Bapppeda dan Litbang Kabupaten Pekalongan, Ismail, Rabu (28/08) kemarin mengungkapkan bahwa penurunan muka tanah di Pekalongan terjadi lantaran eksploitasi air tanah dengan maraknya sumur bor.
“Penyebabnya adalah eksploitasi air tanah dalam dengan banyaknya sumur bor. Kemudian jenis tanah di wilayah pesisir, yakni tanah jenis aluvial,tanah jenis ini tergolong berusia muda karena terbentuk dari proses sedimentasi sungai selama ratusan tahun, sehingga strukturnya belum kuat atau matang,” ujar Ismail.
Ismail tidak menepis bahwa di Kota Santri, sumur dalam (sumur bor) terbanyak dari PDAM Kota Pekalongan yang berada di Kabupaten Pekalongan dan sumur bor Program Pamsimas. Diketahui, program Pamsimas ini dilakukan di banyak desa/kelurahan di Kabupaten Pekalongan.
“Regenerasi air dalam ini tidak mudah, lama ngisinya lagi, maka growong. Selain tadi tanah baru dan growong, sehingga terjadi penurunan tanah.Guna menekan laju penurunan tanah pemkab akan menghentikan (moratorium) pembangunan sumur dalam baru, sehingga ke depannya jumlah sumur dalam tidak terus bertambah,” lanjut Ismail.
Ismail menyebut bahwa kewenangan penghentian pendirian sumur dalam, saat ini berada di ESDM Provinsi Jawa Tengah. Jika Kota Santri ingin menutup ijin pendirian sumur dalam baru, berarti pihaknya harus menyediakan sumur permukaan berupa waduk untuk warga pesisir.
“Saya berkali-kali soundingkan agar Kabupaten Pekalongan dibantu untuk didibangunkan waduk atau bendungan yang besar,karena ketika musim penghujan yaitu bulan november sampai april debit air disungai luar biasa dan terbuang begitu saja ke laut,sedangkan mei sampai november sangat minim,untuk irigasi saja kekurangan apalagi untuk air minum,”ungkapnya.
Namun, menurut Ismail, untuk membangun waduk, Kabupaten Pekalongan tehambat oleh kondisi keuangan. “Namun,kondisi fiskal kita kurang memungkinkan karena mungkin butuh bertriliyun-triliyun.Kalau sumur resapan kurang begitu ngefek sebetulnya karena sumur resapan hanya beberapa meter, untuk mengisi air dalam harus meresapnya dihulu kalau ada waduk dihulu bisa meresap.ada beberapa ahli mengatakan bahwa kalau sumur resapan dipesisir kurang begitu ngefek karena tanahnya saja sudah jenuh,” tandas Ismail. (Eva Abdullah/Redaksi)
Berita terkait:
Jika tidak segera diatasi Pekalongan akan alami krisis air bawah
Pembangunan tanggul raksasa jadi solusi sementara tanggulangi rob