BURUKNYA pengelolaan tata guna lahan menyebabkan 22 persen Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Kupang mengalami sedimentasi (baca: degradasi ekosistem dan limpasan permukaan), menjadi penyebab mengapa 10 tahun terakhir ini Kota dan Kabupaten Pekalongan tak henti dilanda banjir dan rob.
Penelitian yang dilakukan oleh Syam, Denia Aulia, Wengi, Khair Ranggi Laksita, Gandapurnama, Arifi dari Aliansi Ketahanan Banjir Zurich beberapa waktu lalu menyebut demikian. Kawanan dari Mercy Corps Indonesia, Universitas Diponegoro, dan Institut Pertanian Bogor, melakukan penilaian risiko dan dampak iklim di DAS Sungai Kupang dan wilayah pesisir Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Selain buruknya kondisi DAS di Pekalongan, pengambilan air dalam secara berlebihan menyebabkan laju penurunan tanah makin mengkhawatirkan, yakni berkisar antara 0 – 34,5 sentimeter (median 16,5) per tahun. Wilayah pesisir dan hilir sungai mengalami laju penurunan muka tanah paling tinggi. Hingga menyebabkan genangan permanen desa-desa di pesisir Pekalongan.
Sementara lantaran kondisi sosial ekonomi kebanyakan warga di sekitar pesisir Pekalongan yang rendah (baca: miskin) mereka terpaksa mendiami rumah-rumah mereka yang terendam secara permanen. Selain itu, susahnya mengubah mata pencaharian warga, membuat mereka sulit untuk berpindah lokasi/relokasi.
Para peneliti melakukan kajian pada 41 desa/kelurahan di Kota dan Kabupaten Pekalongan yang memiliki resiko tertinggi dampak banjir dan rob. Akibat banjir dan rob pada 41 desa/kelurahan tersebut, kerugian yang harus ditanggung warga mencapai USD 474,4 juta dan akan naik lima kali lipat pada tahun 2035 atau sekitar USD 2,15 miliar.
Analisis ini senada dengan pendapat Dr. Heri Andreas dari ITB Bandung yang menyebut bahwa Pekalongan akan lebih dulu tenggelam ketimbang Jakarta. Menurutnya kondisi penurunan tanah di kawasan pesisir Pekalongan, Semarang, dan Demak lebih mengkhawatirkan karena setiap tahun muka tanah turun 15-20 cm. Jika tidak segera diintervensi, dalam 10 tahun ke depan ketiga kota itu akan tenggelam.
Rekomendasi yang diberikan oleh Aliansi Ketahanan Banjir Zurich kepada pengampu kebijakan di Kota dan Pekalongan yakni melakukan zonasi dan adaptasi regional, pembangunan infrastruktur pengelolaan banjir, pengelolaan sumber daya air melalui infrastruktur dan konservasi dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan dalam pengurangan risiko bencana. (Bono)
Sumber tulisan: CLIMATE RISK AND IMPACT ASSESSEMENT PEKALONGAN