Pekalongan Kota, Wartadesa. – Penanganan banjir dan rob di Kota Pekalongan dinilai hanya sebatas tindakan sementara dan tidak solutif. Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang digelar oleh Komunitas Pejuang Krubyuk, Pekalongan dalam gelaran Nonton Bareng (Nobar) dan Diskusi Film Tenggelam Dalam Diam produksi Watchdoc Documentary, Sabtu (10/04) semalam.
Acara sederhana ini dihelat di salah saru rumah warga Kramatsari Gang 7, Kelurahan Pasirkratonkramat, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, dengan dihadiri oleh empat orang pematik dan narasumber tim produksi film, warga sekitar, dan mahasiswa dari berbagai latar belakang asal Pekalongan dan sekitarnya.
Kegiatan nobar dan diskusi diawali dengan sambutan dari Komunitas Pejuang Krubyuk yang dimoderatori oleh Eko Marlyanto, warga Pekalongan yang terlibat dalam produksi film Tenggelam Dalam Diam. Dilanjutkan dengan pemutaran film.
Eko membuka diskusi dengan memaparkan realitas terdekat mengenai dampak krisis iklim, edukasi dan menggali keresahan warga Pekalongan terkait banjir dan rob di Kota Pekalongan. Diskusi mengalir dimulai dari cerita perjalanan tim dokumenter dan cerita angkatan realitas masyarakat terdampak rob.
Uly, salah satu aktivis Greenpeace menyampaikan bahwa isu krisis iklim sudah digencarkan sejak lama namun memang belum menjadi topik populis yang ramai mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah.
Pejuang Krubyuk sebagai unsur masyarakat setempat, menyampaikan harapan agar selanjutnya permasalahan ini (banjir dan rob) bisa menemukan solusi bersama dan pemerintah tidak lagi mengatasi permasalahan rob/banjir hanya dengan peninggin jalan atau pun upaya tidak solutif lainnya.
Diskusi memperoleh kesimpulan bahwa untuk selamat dari ancaman perubahan iklim, semua elemen harus mengambil peran untuk memperlambat kiamat ekologis. Misalnya, masyarakat dengan pembiasaan green life style dan pemerintah dengan pembuatan peraturan yang berpihak pada lingkungan serta masyarakat. (Mufida K)