Kajen, Wartadesa. – Ribuan anak di Kota Santri, Pekalongan tidak sekolah lantaran beragam alasan. Faktor ekonomi menjadi masalah utama, mereka putus atau tidak sekolah. Selain itu, faktor dari anak sendiri yang memilih untuk tidak sekolah.
“Sebanyak 4.346 anak tidak sekolah kategori DO, tidak melanjutkan dan belum atau tidak pernah sekolah,” terang Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Pekalongan Yulian Akbar, Kamis (15/4/2021).
Yulian mengungkapkan bahwa angka anak tidak sekolah pada tahun 2020 sebanyak 3.417 orang. Menurutnya, melalui gerakan Kudu Sekolah sebanyak 589 anak sudah dikembalikan ke sekolah pada tahun 2019, dan 340 anak pada tahun 2020. Menurutnya, pandemi Covid-19 ikut mempengaruhi gerakan kudu sekolah. “Pandemi ngaruh, apalagi dengan sekolah online. Ini tantangan bagi pelaku pendidikan bagaimana menggerakan kembali program ini,” ujarnya
Menurut Yulian, ribuan anak usia sekolah yang tidak memperoleh haknya mendapatkan pendididikan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor kultural, ekonomi, psikologis, hingga kondisi geografis. Mereka tersebar di 19 kecamatan.
Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Yulian, PKBM menjadi solusi. Lantaran mereka masih bisa bekerja sembari melanjutkan sekolah. “Penyebabnya macam-macam antara lain faktor ekonomi dan sisi anak itu sendiri. Ada faktor internal dan eksternal anak. Arahnya ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat -red), sehingga PKBM akan diperkuat lagi,” katanya. (Eva Abdullah)