Kajen, Wartadesa. – Pelaksanaan tradisi Syawalan (satu pekan selepas Idulfitri) di Kota Santri Berlangsung meriah. Gunungan Gebral setinggi 275 cm, yang dibuat masyarakat Kelurahan Pekajangan Gang 20, Kecamatan Kedungwuni, Kamis (21/6/2018), mengawali rangkaian kegiatan syawalan di Kabupaten Pekalongan, yang dibuka langsung oleh Bupati Pekalongan Asip Kholbihi.

Kegiatan masyarakat untuk memeriahkan syawalan, menjelang sepekan setelah hari raya Idulfitri tersebut, sudah menjadi tradisi masyarakat setempat sejak 20 tahun lalu, dan terus dilestarikan. Sedangkan gebralsendiri merupakan makanan tradisional, yang sekarang ini cukup sulit ditemui lagi.
Sebelum dipotong secara simbolis oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, gunungan gebral tersebut diarak, di lingkungan setempat. Kemudian diperebutkan oleh ribuan masyarakat yang hadir pada perayaan tradisi masyarakat tersebut.
Seperti di Pekajangan, warga Desa Ambokembang Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, menggelar Syawalan dengan menggelar gethuk terpanjang. Gethuk yang sudah dibuat warga satu hari sebelumnya, dipajang sepanjang Gang 9 Ambokembang. Sabtu (23/06).

Warga Desa Ambokembang menyiapkan Gethuk Lindri terpanjang pada tradisi SyawalanGethuk Lindri sepanjang hampir 350 meter ini dibuka oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi. Warga Ambokembang menyiapkan Syawalan Getuk Lindri dengan menghabiskan singkong 1,5 ton, 250 kelapa dan 60 kg gula aren serta 10 kg gula pasir.

Tradisi Syawalan lainnya di Kota Santri, yakni, warga Desa Podo menggelar Gunungan Lengko. Tradisi Gunungan Lengko tersebut digelar untuk kali pertama. Warga membuat 10.000 Lengko, kemudian Gunungan Lengko diarak keliling kampung untuk memeriahkan Syawalan.

Sementara itu di Linggo Asri, ribuan pengunjung warga Kabupaten Pekalongan, Sabtu (23/6) pagi tadi meramaikan kegiatan kirab budaya, termasuk Gunungan Sego Megono. Acara dibuka oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi. Kirab dimulai dari halaman Kantor Kepala Desa Linggo Asri. Selanjutnya peserta kirab akan finish di obyek wisata Linggo Asri dan sego megono gunungan akan diperebutkan oleh masyarakat yang telah menunggu.
Ribuan warga sengaja datang untuk berebut makanan khas daerah setempat berupa Nasi Megono dalam bentuk gunungan. Bukan hanya warga lokal saja, namun tradisi Syawalan ini juga di kunjungi oleh warga dari luar Kabupaten Pekalongan, seperti Pemalang, Batang dan Banjarnegara.

Sebelum Nasi Megono gunungan menjadi rebutan, para pengunjung di tempat wisata alam Linggo Asri juga disuguhi pertunjukan tarian khas pesisir pantura, yang dimainkan para seniman Kabupaten Pekalongan.
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, dalam sambutannya mengajak kita untuk menjadikan acara Syawalan sebagai ajang bersilaturahmi, berkumpul bersama dan saling berbagai kepada sesama.
Menurutnya, kegiatan Syawalan adalah tradisi yang bagus yang perlu dipertahankan karena mengandung beberapa makna seperti sebagai wahana untuk ajang silaturahmi diantara jajaran Pemerintah dengan masyarakat. “Disamping itu, tradisi Syawalan ini juga bagus dalam rangka untuk mengembangkan potensi daerah Kabupaten Pekalongan,” tuturnya. (Eva Abdullah)