Dampak pandemi virus Korona (Covid-19) sudah dirasakan oleh pelaku seni dangdut di Kota Santri sejak Maret 2020. Tepatnya 4 Maret 2020, saat Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama positif Korona. Setelah pengumuman tersebut, beberapa pembatasan dilakukan oleh pemerintah untuk menyetop persebaran virus tersebut. Diantaranya membatasi kumpul-kumpul atau keramaian.
Pembatasan tersebut langsung berdampak bagi pelaku seni dangdut di Pekalongan. Pihak kepolisian menghentikan seluruh “hajatan” warga karena mengundang kerumunan banyak warga. Order rias pengantin yang biasanya menggandeng hiburan dangdut untuk menyemarakkan resepsi pernikahan, pun memangkas tambahan hiburan.
Bahkan hampir seluruh pekerjaan yang berhubugan dengan dunia hiburan, berhenti total sejak saat itu. Imbasnya, para pekerja soundsystem (persewaan salon–speaker), pemasang tratag (layos), persewaan pade-pade (dekorasi pernikahan), panggung, tukang shotting video, penyanyi, pemain musik dan lain sebagainya.
Sukarso, salah seorang emsi (penyiar–master of ceremony) asal Desa Tangkil Kulon, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan mengungkapkan bahwa selama Maret, ia kehilangan 38 order pekerjaan sebagai penyiar. Sekali ia “nduak-nduak”–sebutannya ngemsi, pria yang lebih dikenal dengan sebutan Bagong ini bisa membawa pulang–bersih Rp 200 ribu bahkan lebih.
Sebagai seorang penyiar, job paling banyak yang didapatkan adalah saat habis lebaran Idul Fitri hingga Legenonan (sebelum lebaran Idul Adha), saat-saat tersebut banyak tanggapan (order/job) manggung dari warga yang menggelar resepsi hingga upacara nyadran (tradisi legenonan) pemerintah desa di daerah Batang, Pekalongan hingga Pemalang.
Praktis, para pelaku seni hiburan di Pekalongan tanpa penghasilan, imbas pandemi Korona selama ini. Terus, bagaimana mereka mempertahankan hidup?
Selama tidak ada job manggung, Sukarso beralih profesi sebagai apa saja, yang penting menghasilkan duit halal untuk menghidupi keluarganya. Kadang ia menjadi tukang service pompa air, bahkan jadi tukang kuras sumur. Yang penting ada pemasukan untuk kebutuhan hidup.
[ae-fb-embed url=’https://www.facebook.com/nadziful.ikumrboy/videos/2658086961092340/’ width=’500′]
Beralih profesi musti dijalani pelaku hiburan di Pekalongan saat ini. Jika tidak! Keluarga mereka tidak akan mendapatkan rupiah untuk dapur mereka. Namun tidak semua pelaku hiburan di Kota Santri bisa beralih profesi. Keterbatasan mereka membuat sebagian mereka loss (kehilangan) penghasilan.
Keterangan Video: Konser Dirumah Saja
Entah terinspirasi dari konser amal dari rumah Didi Kempot, atau bukan, Sukarso bersama Lintang Production dan penggiat seni dangdut Pekalongan menggelar live concert dari rumah. Dimana gelaran dangdut disiarkan langsung melalui media sosial. Penonton dapat berinteraksi dengan penyayi, seperti request (meminta) lagu sembari ‘nyawer’ melalui aplikasi fintech.
Selain model saweran, Konser Dirumah Saja ini juga menggandeng “sponsor” yang bersedia membiayai perhelatan konser.
Berikut wawancara dengan Sukarso terkait gerakan Konser Dirumah Saja.
Tanya (T): Bro …. berarti konser dirumah aja kui tujuane … nggo nambah pemasukan penggiat seni seng kehilangan penghasilan po?