Kajen, Wartadesa. – Permasalahan limbah cair batik dan tekstile (temasuk pencucian jins) di Kabupaten dan Kota Pekalongan dan permasalahan genangan rob bagi sebagian warga yang berada di pesisir utara Pekalongan membuat kualitas air di wilayah tersebut tak layak konsumsi.
Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan Agustus 2019, dari 5.190 meter kubik limbah cair, yang sudah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) baru 2.601 meter kubik, atau 2,6 juta liter setiap harinya. Dimana 5 juta liter lebih limbah cair tersebut dihasilkan oleh industri batik, tekstil dan jins yang ada di Pekalongan.
Cemaran limbah di Pekalongan, terlihat jelas dari air yang mengalir di sungai-sungai yang ada, dengan penuh warna-warni. Pun, beberapa waktu lalu, saat rob menggenangi wilayah Pantura Pekalongan, limbah ini bercampur dengan air rob dan mencemari wilayah tersebut.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, akses air bersih layak konsumsi di Indonesia hanya mencapai 73,55 persen. Faktor penyebab air tidak layak konsumsi menurut BPS dipengaruhi beberapa faktor yaitu sampah anorganik dan organik yang membusuk dan tertimbun di atas tanah dekat sumber air, serta limbah cair rumah tangga atau pun industri yang mengandung racun yang terbawa air hujan dan bermuara ke sumber air.
Bagi warga yang ‘terpaksa’ menggunakan air tidak layak konsumsi akan terjangkit beberapa penyakit seperti diare, korela, hepatitis A, dan disentri.
Lalu, bagaimana melakukan pengecekan sendiri, secara sederhana, untuk mengetahui kualitas air di sekitarnya? Ternyata teh dapat digunakan untuk melakukan pengecekan kualitas air. Kualitas air layak konsumsi adalah air (air sumur, dan sumber lainnya) yang tidak mengandung kadar logam dan kesadahan–Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.– yang berlebih.
Tim II KKN Undip 2019 di Desa Tangkl Tengah, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, beberapa waktu lalu melakukan sosialisasi dengan pengujian sederhana kualitas air dengan menggunakan media teh. Ujicoba yang dilakukan dengan cara:
- Menambahkan air teh tawar dengan air sampel dengan perbandingan 1:2,
- Diamkan air tersebut selama satu malam dengan keadaan terbuka,
- Amati perubahan, jika terdapat lapisan minyak diatasnya maka air tersebut mengandung logam.
Dari hasil pengujian air sampel yang diambil dari Desa Tangkil Tengah oleh Fatimah az Zahra, mahasiswa KKN Undip 2019, terdapat lapisan minyak diatasnya yang menunjukkan adanya kandungan logam pada air tersebut. Sehingga dinyatakan bahwa kualitas air di desa tersebut tidak layak konsumsi.
Namun, dari hasil penelitian tersebut perlu adanya tindak lanjut uji laboraturium agar dapat mengetahui kandungan dari air tersebut dengan akurat. Mahasiswa Tim II KKN UNdip berharap, dari hasil ujicoba sederhana tersebut, pemerintah desa dapat meningkatkan program penyulingan air bersih, agar warga setempat dapat hidup sehat dengan kualitas air yang baik. (Eva Abdullah, dan tambahan data dari tulisan Sarah az Zahra di kompasiana)