Kajen, Wartadesa. – Musim kemarau panjang di wilayah Kota Santri membuat krisis air bersih berkepanjangan. Bulan Juli 2019 lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan mengungkapkan bahwa krisis air bersih mencapai 11 titik di Kota Santri. Hingga saat ini, luasan wilayah yang mengalami krisis air bersih bertambah.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pekalongan, Budi Raharjo mengatakan, sebanyak enam desa masuk dalam wilayah krisis air bersih, hingga September 2019. Ia mengatakan, enam desa tersebut meliputi Kelurahan/Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Desa Pecakaran, Kecamatan Wonokerto, Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen, Desa Rowocacing, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Wonopringgo dan Desa Legokgunung.
Budi Raharjo mengungkapkan bahwa beberapa desa sudah mengajukan permintaan bantuan air bersih. Menurutnya permintaan bantuan air bersih makin meningkat, seperti Kelurahan Sragi, Desa Kesesi, Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen, Desa Rowocacing, Kecamatan Kedungwuni, Desa Legokgunung dan Kecamatan Wonopringgo.
Untuk memenuhi permintaan bantuan air bersih, tambah Budi Raharjo, pihaknya telah mengirimkan 10 tangki air di Kelurahan Sragi, 17 tangki di Desa Kesesi, 6 tangki di Desa Pecakaran dan masing-masing 2 tangki di Desa Tanjungsari Kajen dan Desa Rowocacing Kedungwuni.
“Hingga Sabtu kemarin kami sudah dropping 37 tangki di lima desa, atau sekitar 185 ribu liter air. Ini belum termasuk dropping pada hari Minggu di Dukuh Gembyang, Kelurahan Sragi, dan di Dukuh Manggal, Desa Legokgunung, Kecamatan Wonopringgo,” ujar Budi Raharjo.
Sementara itu, pihak Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pekalongan menyarankan agar warga yang membutuhkan bantuan air bersih untuk membuat surat pengajuan resmi melalui pihak pemerintah desa. Anjuran tersebut dikemukakan saat Warta Desa memposting permohonan dropping air bersih yang dikirimkan warga Desa Kesesi, dan diunggah di laman media sosial Warta Desa.
Diberitakan Warta Desa pada Juli 2019 sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan mengungkapkan bahwa sebanyak 11 titik rawan kekurangan air pada musim kemarau tahun ini. Kesebelas titik rawan tersebut berada di Desa Kesesi, Ujungnegoro, Luraging, Pangkah, Kedungkebo, dan Pegandon.
Kepala BPBD setempat, Budi Rahardjo, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan untuk mengatisipasi dan melakukan dropping (penyaluran) air bersih. “Pemetaaan daerah rawan kekeringan ini untuk memudahkan pemkab melakukan antisipasi dan penyaluran air bersih pada warga yang berada di wilayah itu,” ujarnya, Jum’at (12/07).
Menurut Budi Rahardjo, pihaknya telah berkoordinasi dengan PMI dan PDAM dalam antisipasi dampak kekeringan tersebut. “Secara lisan, kami sudah berkomunikasi dengan PMI dan PDAM karena rencananya rapat baru dilakukan minggu ini. Jika nanti ada permohonan bantuan droping air agar pihak terkait siap menyalurkan air bersih,” tambahnya.
Budi Rahardjo mengatakan bahwa bagi warga yang mengalami kesulitan air bersih dapat mengajukan permohonan bantuan dropping air ke BPBD. “Biasanya jika ada masyarakat yang membutuhkan air, mereka langsung menghubungi pemkab. Yang jelas, kita siap menyalurkan air bersih pada warga tanpa harus melalui prosedur yang ‘njlimet’ (sulit),” pungkasnya. (Eva Abdullah)