Pengoperasian jalan tol fungsional di Pantura, mulai dari Brebes Timur hingga Grinsing Batang diestimasi dapat mengurangi 40 persen tingkat kemacetan. Demikian disampaikan Kombes Bakharuddin, Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jateng.
Namun Bakharuddin menyarankan pemudik untuk tetap memanfaatkan jalur selatan dan tengah. Kendaraan pribadi akan diarahkan melalui tol Brebes Timur – Gringsing Batang. Bus besar keluar tol Kanci-Pejagan di Brebes melewati jalur Pantura, Brebes-Kota Tegal- Pemalang-Pekalongan- Batang.
Mudik Lewat Mana, Semua Beresiko
Tol Trans Jawa
Diperkirakan 40 persen kendaraan melewati tol, ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Ahad (11/6) di Gerbang Tol Salatiga.
Namun, keberadaan tol ini masih menyisakan persoalan, seperti jalan bergelombang, debu beterbangan, hingga kurangnya fasilitas tempat istirahat.
Kondisi jalan bergelombang disebabkan jalan yang belum diaspal. Hanya di beberapa ruas yang telah rigid, sisanya masih dilapisi sekadar lean concrete atau beton tipis, setebal 10 sentimeter.
Lebar lapisan lean concrete itu hanya tujuh meter. Di samping kanan dan kirinya masih terdapat tanah, yang apabila dilalui kendaraan maka kondisinya akan sangat berdebu. Sehingga, pandangan masyarakat berpotensi terganggu.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR saat ini tengah berupaya untuk meminimalisasi debu yang beterbangan.
“Kami lakukan langkah antisipasi dengan menurunkan kompresor. Sekarang kompresor sedang melakukan penyiraman periodik di beberapa titik,” kata Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna seperti dikutip dari KompasProperti, Senin (12/6).
Untuk ruas Brebes Timur-Weleri, jalan tol ini akan dilengkapi dengan delapan pintu keluar daruat. Kedelapan pintu itu terletak di Tegal (Ujung Rusi, Karangjati dan Warureja), Pemalang (Sewaka dan Beji), Pekalongan (Bojong), Batang (Kandeman) dan Weleri (Gringsing).
Selain itu, sebelas tempat istirahat sementara (TIS) atau rest area juga akan disediakan. Di tempat tersebut terdapat pula berbagai fasilitas mulai dari mushola, toilet, tempat parkir, dan warung kecil untuk makan minum.
Meski rencananya jalan tol fungsional ini akan dioperasikan 24 jam, namun karena tiadanya lampu penerangan jalan, pengguna jalan dihimbau hanya sampai jam 17.00 WIB.
Jalur Pantura
Lintas utama Pantura di Jawa Tengah meliputi batas wilayah Jawa Barat di Losari dan Pejagan. Kemudian masuk ke wilayah Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Weleri, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang dan Tuban di perbatasan Jawa Timur.
Diprediksikan jalur Pantura volume kendaraan akan naik 5-10 persen. Peningkatan tersebut dipastikan akan mempengaruhi tingkat kepadatan di jalur utama tersebut. Belum lagi adanya perbaikan jalan di beberapa titik Pantura, yang sudah menjadi pekerjaan tahunan.
Selain pekerjaan jalan, hal lain yang juga harus diwaspadai yaitu keberadaan pasar tumpah. Sudah menjadi rahasia umum pasar tumpah menjadi penyumbang kemacetan.
Di sepanjang jalur Brebes hingga Kudus, tercatat tak kurang dari 33 pasar tumpah yang berpotensi menimbulkan kemacetan.
Mulai dari Pasar Losari di Brebes, Swalayan Rita Mall dan Pasar Pagi di Tegal, serta Pasar Kramat, Pasar Warurejo Pasar Sidodadi dan Pasar Adiwerna di Tegal.
Kemudian, Pasar Taman, Pasar Comal dan Pasar Petarukan di Pemalang, Pasar Wiradesa, Pasar Groglan dan Pasar Sentono di Pekalongan, serta Pasar Batang, Pasar Tulis, Pasar Subah, dan Pasar Gringsing di Batang.
Setelah itu, Pasar Kendal, Pasar Weleri, Pasar Cepiring, dan Pasar Kaliwungu di Kendal, Pasar Mangkang, Pasa Karangayu, Pasar Bulu, Pasar Genuk, Pasar Peterongan dan Pasar Jatingaleh di Semarang, Pasar Sayung, Pasar Buyaran, Pasar Gajah dan Pasar Katanganyar di Demak, serta Pasar Bitingan dan Pasar Kliwon di Kudus.
Melihat berbagai resiko kemacetan tersebut, tak ada salahnya bila pemudik memanfaatkan jalur alternatif untuk mudik tahun ini. (WD, Kompas)
Terkait:










