Oleh: Buono
Kehadiran Warta Desa (https://www.wartadesa.net) dalam acara dua tahunan Jagongan Media Rakyat (JMR) yang digelar oleh Combine Resources Institution (CRI) Yogyakarta di Jogja National Museum (JMN), Jalan Prof. Ki Amri Yahya No. 1 Yogyakarta menyisakan cerita tersendiri.
JMR merupakan ruang pertemuan berbagai pihak untuk membahas isu-isu sosial kemasyarakatan dengan informasi sebagai mediumnya. Dengan semangat berkumpul, berbagi, bergerak, para partisipan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perubahan sosial yang lebih baik.
Puluhan komunitas dan ratusan penggiat dari berbagai wilayah di Indonesia berkumpul disini. Alhamdulillah, puji syukur, Warta Desa bisa berkontribusi dalam acara tersebut. Ada dua agenda yang dilakukan oleh Warta Desa dalam gelaran tersebut. Pertama, sebagai peserta dan mitra dalam gelaran JMR 2018 dan sebagai peserta workshop penguatan kapasitas pengelola media komunitas.
Acara JMR sendiri digelar pada 8-12 Maret 2018 sedang workshop penguatan kapasitas pengelola media komunitas dilaksanakan pada 14-16 Maret 2018 di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.
Gelaran JMR berisikan kegiatan-kegiatan kolaborasi penggiat komunitas berupa workshop dalam tiga kampung, yakti Kampung Tekno, Kampung Media, Kampung Keadilan dan Kampung Pangan. Selain itu ada lokakarya khusus, Bioskop JMR yang memutar film karya komunitas, pameran pengetahuan, bursa buku rakyat, panggung rakyat, pasar komunitas dan kuliner.
Bagi penggiat Warta Desa, hadir di JMR 2018 membutuhkan ekstra usaha. Disamping rata-rata penggiat mempunyai pekerjaan tetap yang tidak bisa ditinggalkan dalam waktu lama. Awalnya Warta Desa akan hadir dengan lima orang personal, namun karena durasi dua kegiatan tersebut mencapai satu minggu. Para penggiat Warta Desa harus mundur teratur, “tugas negara” ditempat pekerjaan utama tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya hanya satu orang pengiat yang ‘lolos’ hadir ke gelaran tersebut.
Warta Desa berkesempatan untuk mengisi acara di Kampung Tekno bersama penggiat komunitas dari Jingga Media Cirebon, Speaker Kampung Lombok Timur dan Radio Komunitas Primadona FM Lombok Utara. Diskusi tentang bagaimana media momunitas bertahan dalam bentuk media baru, berisikan paparan temen-temen penggiat media komunitas dengan segala keterbatasannya bertahan melawan hegemoni (dominasi) media arus utama (mainstream).
Warta Desa banyak belajar pengalaman pengorganisasian, pengelolaan media dan lain sebagainya dari penggiat Jingga Media, Speaker Kampung dan Primadona FM. Begitu pula sebaliknya. Belajar bersama dan berkolaborasi benar-benar bisa diterima manfaatnya dalam gelaran ini.
Pada sesi workshop penguatan media komunitas, keempat pengelola media komunitas ini saling berbagi pengalaman mengelola media komunitas. Beragam kesulitan para penggiat mengelola media komunitas terungkap, hingga beragam cara agar media komunitas tetap bisa bertahan dalam gilasan ‘liberalisme media’.
Ada empat poin utama, hasil diskusi bareng para penggelola media komunitas peserta workshop bersama Combine Resources Institution (CRI) Yogyakarta. Pertama, penguatan dalam bidang ekonomi sosial-kewirausahaan (social entrepreneurship) untuk keberlangsungan hidup media komunitas. Kedua, penguatan suber daya manusia (SDM), ketiga, penguatan manajemen dan seni berbagi peran dalam komunitas dan terakhir, membangun relasi kebersamaan media komunitas dengan komunitas yang diwakilinya.
Demikian sedikit cerita Warta Desa dalam kegiatan JMR 2018 dan workshop penguatan media komunitas, semoga dapat bermanfaat bagi para penggiat komunitas lain di belahan nusantara. Salam Komunitas. Salam Saatnya Warga Bersuara. (*)
Bahan bacaan terkait: Merancang keberlangsungan media komunitas
Penulis adalah penggiat media komunitas di Suara Komunitas (http://suarakomunitas.net) dan Wartadesa (https://www.wartadesa.net)